Today is..

Sound of Mine

Total Pageviews

Resensi Buku

Mitos Jurnalisme




ISBN: 978-979-29-5542-2
Penulis: Dudi Sabil Iskandar & Rini Lestari
UkuranHalaman: 16x23 cm xxii+330 halaman
EdisiCetakan: I, 1st Published
Tahun Terbit: 2016
Berat: 458 gram


Rangkuman Buku Mitos Jurnalisme

Buku ini sangat bagus untuk dibaca terutama bagi para wartawan-wartawan muda dan juga bagi teman-teman yang mengambil jurusan Ilmu Komunikasi karena didalam buku ini kita akan melihat bagaimana suatu berita yang dibenturkan dengan mitos sehingga tidak terlihat, berita mana yang hanya mitos dan berita mana yang benar-benar murni jurnalisme.

Pada Bagian/Bab I Buku ini dengan judul Mitos dalam Jurnalisme, dijelaskan tentang:

A. Dua Mahzab Komunikasi
Kalau dalam komunikasi mahzab transmisi komunikasi elemen pokoknya adalah komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Sedangkan dalam mahzab semiotika yang menjadi elemen dasarnya adalah author (penerangan), teks budaya dan reader (pembaca).
Kedua aliran komunikasi tersebut turut mewarnai perkembangan didunia jurnalisme seperti dikemukakan diatas, aliran transmisi pesan sudah sejak awal mendominasi perangan teori jurnalisme pada awal perkembangan komunikasi

B. Komunikasi Realitas Sosial
Teori komunikasi realitas sosial adalah khas peter L berger dan thomas luckman. Teori ini dilansir dalam buku the social construction of reality : a treatise in the sociology of knowledge (diterjemahkan menjadi tafsir sosial atas kenyataan : risalah tentang sosiologi pengetahuan, LP3ES, Jakarta.1991)

C. Konstruksi Realitas Media
Secara general, bisa dipastikan tidak ada masyarakat yang tidak tersentuh oleh media massa. Karena itu, lumrah bila efek media massa (baik yang disengaja / tidak sengaja). Pada masyarakat sangat terasa.
Kecepatan dan perubahan budaya suatu masyarakat, misalnya sangat ditentukan sejauh mana media mempengaruhinya.

D. Bahasa dan Konstruksi Realitas Media
Manusia adalah makhluk yang berbahasa dengan bahasa manusia melakukan komunikasi.
Dengan demikian wacana yang dikontruksi media cetak harus dibedah dan dianalisis sehingga akan terkuak maknanya.

E. Representasi Makna Media
Kata representasi menunjuk pada penjelasan orang - orang yang membantu mendefinisikan kekhasan kelompok - kelompok dan juga nerujuk pada penggambaran berbagai instruksi.

F. Jurnalisme Online
Disinilah lidah api kapitalisme menyebar dan hanya sebagai alat untuk menghasilkan keuangan.
Oleh sebab itu, jika kekuasaan politik dan kekuasaan media bersatu, bersinergis, maka uang dengan sendirinya akan mengalir.

G. Mitos Jurnalisme sebagai Pilar Ke-Empat Demokrasi
Media hanya bisa menjadi pilar keempat demokrasi jika mengambil jarak independen dengan tiga jenis kekuasaan yang terdapat pada lembaga negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif)
Dengan demikian harus dibedakan antara demokrasi prosedural dan demokrasi substansial.
Pers menjadi mitos karna pers kehilangan makna denotatifnya, yaitu sebagai penyampaian informasi dan author makna bagi khalayak.

H. Teks dan Wacana Perspektif Teori Kritis
Yang menjadi perhatian analisis wacana adalah mendeskripsikan teks dan konteks secara bersama sebagai sebuah proses komunikasi, dengan demikian dibutuhkan kognisi secara umum dan gambaran budaya yang melingkupinya.
Saat ini dikenal tiga pandangan mengenai analisis wacana. Pertana mewakili kaum positivisme empiris, ia menganalisis wacana dengan menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama, wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau ketidak benaran menurut sintaksis dan sematik inilah yang disebut dengan analisis isi (kuantitatif dan kualitatif).

I. Semiotika Roland Barthez
Semiotika adalah ilmu tentang tanda dimuka bumi, semuanya bisa menjadi tanda. Tanda terbagi dua yaitu tanda verbal dan non verbal. Alami dua buatan segala sesuatu yang bisa diamati dan dibuat serta mengacu pada suatu yang dirujuk dan didapat diinterpretasikan adalah tanda. Contoh tanda antara lain, bendera, isyarat, wajah, letak tertentu bintang, sikap, perangko terbalik, bunga, rambut uban, diam membisu, gagap, meludah, intersitas, kecepatan, kesabaran, dan kegilaan.

Selanjutnya pada Bagian/Bab II Buku ini dengan judul Jurnalisme Sebagai Mitos menyajikan beberapa contoh-contoh mitos yang ada yang telah diberitakan oleh beberapa media, diantaranya:
1. Liputan6.com
50 Buku Jihad dari Teroris Ciputat Diserahkan ke Komnas HAM (http://news.liputan6.com/read/793326/50-buku-jihad-dari-teroris-ciputat-diserahkan-ke-komnas-ham) by Taufiqurrohman
Kelemahan paling nyata dari berita berjudul “50 Buku Jihad dari Teroris Ciputat Diserahkan ke Komnas HAM” adalah tidak ada verifikasi fakta. Menurut Bill Kovach dan Tom Rosentiels’ disiplin dalam verifikasi fakta adalah jantung jurnalisme. Ada lima item indicator dalam verifikasi fakta, yaitu (1) wartawan jangan menambah atau mengarang apapun, (2) jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa, maupun pendengar, (3) bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi, (4) bersandarlah terutama pada reportase sendiri dan (5) bersikaplah rendah hati.
Dalam berita ini tidak jelas apa yang dimaksud dengan teroris? Apa itu jihad? Apa itu tadzkirah? Tidak ada penjelasan yang cukup. Pembaca hanya tahu bahwa polisi menyita 50 buku berisi ajaran jihad dari penggerebekan terduga teroris di rumah kontrakan di Jalan H. Dewantoro Gang H. Hasan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Dalam penggerebekan tersebut, enam terduga teroris tewas dalam baku tembak dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Wartawan yang mengikuti konferensi pers tidak kritis dengan ketidakjelasan terminologi teroris, jiha, tadzkirah. Seharusnya wartawan harus bertanya, skeptis, atau bahkan ragu dengan keterangan kepolisian tersebut sehingga ia berusaha mencari tahu fakta tentang tiga istilah tersebut. 
Adigium bahwa “yang didengar bukan fajta tapi opini dan yang dilihat bukan kebenaran namun perspektif” harus dijadikan langkah awal bagi wartawan menemukan kebenaran. Bahwa yang terpenting dari jurnalisme adalah memverifikasi fakta. Semakin ketat dan rinci verifikasi fakta kian dekat berita tersebut kepada kebenaran.
Salah satu kaidah verifikasi fakta versi Kovach dan Rosentiels adalah “Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa, maupun pendengar,” seperti yang disebutkan diatas. Namun berita berjudul “50 Buku Jihad dari Teroris Ciputat Diserahkan ke Komnas HAM” adalah menyesatkan pembaca. Jihad, tadzkirah, dan teroris menjadi label atau stereotype negatif. Bahwa orang yang ditangkap dan ditembak Densus 88 adalah teroris dan pengusung ajaran  jihad. Dalam perspektif inilah, berita tersebut menipu masyarakat (pembaca).
Dengan demikian, mitos dalam berita ini adalah teroris, jihad, tadzkirah bukan makna sebenarnya (denotatif). Ia menjadi makna konotatif atau bukan yang sebenarnya seperti yang dijelaskan dalam table diatas. Kata tadzkirah, jihad dan teroris menjadi mitos karena dalam berita ini menunjuk bukan pada suatu yang sebenarnya.

contoh lain lagi.............

2. Detik.com
AirAsia Ditemukan
Dugaan terkuat, Mesin AirAsia QZ8501 Mati Lalu Menghujam ke Laut
(http//news.detik.com/read/2015/01/05/175641/2794531/10/dugaan-terkuat-mesin-airasia-qz8501-mati-lalu-menghujam-ke-laut?991104topnews)
Bisa dibaca berita online diatas, dimana secara singkat dikatakan bahwa Hasil analisis BMKG dan pilot Garuda Indonesia, Jeffrey Adrian sama yaitu mesin pesawat mati dikarenakan masuk ke dalam awan badai cumulonimbus (CB) dan jatuhlah ke laut. Memang Pilot Pesawat AirAsia request untuk naik ke ketinggian tertentu namun belum disetujui oleh ATC dikarenakan pada ketinggian tersebut sudah ada beberapa pesawat, akhirnya ditembuslah CB itu.
Makna denotatif dari dugaan terkuat adalah hasil dari perbuatan menduga, sangkaan: perkiraan dan atau taksiran. Makna konotatifnya adalah tidak terkuat adalah kata superlatif dari sebuah komparatif/perbandingan. Ia menjadi sesuatu yang paling diantara yang lain. Tetapi dalam berita ini tidak ada yang menunjukan bahwa mesin mati sebagai yang terkuat karena tidak ada penyebab lain yang dibandingkan. Dugaan terkuat menjadi mitos karena menjadi anggapan tanpa fakta dan verifikasi.
Mitos adalah anggapan, wajar jika berita ini adalah sebuah mitos daripada sebuah fakta tentang penyebab hilangnya pesawat AirAsia QZ8501.
Detik.com mengambl berita dari situs BMKG, padahal yang berwenang ialah KNKT (Komite Nasional Kecelakaan Transportasi), bagaimana mungkin dan sejak kapan BMKG pakar dalam bidang kecelakaan pesawat terbang?

Demikian kira-kira beberapa contoh berita yang dijelaskan dan dijabarkan dalam buku ini, namun saya hanya mencantumkan point-point nya saja. Apabila ingin lebih jelas dan tau lebih banyak tentang mitos dalam jurnalisme untuk menambah wawasan dan pengetahuan, silahkan beli dan baca buku Mitos Jurnalisme ini.

Semoga bermanfaat :)